“Indonesia kaya raya jarene, Tongkat kayu dadi tanaman mestine“, sepenggal kalimat dari cuplikan pertunjukan Luntas (Ludrukan Nom-noman Tjap Arek Suroboyo).
Pada 20 Oktober 2024, rutinan BangbangWetan yang diselenggarakan di halaman kampus Stikosa AWS Surabaya, bertepatan dengan hari pelantikan Presiden Indonesia ke-8, Prabowo Subianto.
Bakda Asar, teman-teman penggiat telah memulai persiapan BangbangWetan. Mulai dari memasang banner, setting tempat, sound, pencahayaan, dll.
16.30 Persiapan BangbangWetan Oktober diselimuti mendung petang. Dengan mengucap basmalah, semoga kemudahan dan kelancaran pada setiap ikhtiar dan benih kebaikan.
17.00 Rintik hujan menyapa halaman Stikosa AWS, membasahi jalanan rerumputan, mengembunkan setiap harapan perubahan.
19.30 Hadrah Masjid A. Aziz Stikosa AWS membuka BangbangWetan dengan semarak. Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., para anbiya’, auliya’, serta kita sebagai umatnya.
19.45 Pembacaan Q.S. Yasin dan tahlil teruntuk sahabat Maiyah Mas Gandhie (Alm.). Semoga beliau mendapat keistimewaan di sisi Allah SWT. dan husnulkhatimah, akhir hayat dalam kebaikan.
20.15 Jamaah BangbangWetan mulai mengisi ruang-ruang kosong, ruang rindu untuk memberi perubahan, ruang intelektual keagamaan dalam BangbangWetan
20.45 Mas Amin Ungsaka, Mas Diky, dan Mas Alif membuka acara dengan bacaan Basmalah. Menghangatkan jamaah untuk lebih merapat dan mengundang partisipasi jamaah untuk memberi pesan dan kesan tentang BangbangWetan.
21.15 Narasumber BangbangWetan bergabung dalam ruang rindu. Di antaranya: Sejarawan Islam Ust. Tridjoyo Budiono S.Kom.I., M.Sos., Mas Fuad Sasmita yang merupakan stand-up komedian dari komunitas Stand-up Indo Surabaya, budayawan Cakrawala Kata Sanggar Lidi Surabaya Mas Totenk MT Rusmawan, dosen Stikosa Mas Athok Murtadlo, S.Kom.I., M. Sos., dan Mas Acang.
Sejarah Islam dan Takdir Nusantara
Sejarah peradaban Islam dan Nusantara berkaitan erat. Peradaban sejarah Islam diwarnai oleh beragam dialektika politik dan kebudayaan. Dinasti Umayyah berlanjut Dinasti Abbasiyah, puncak peradaban islam pada zaman Khalifah Harun Al Rasyid saat buku pengetahuan dihargai emas.
Suasana BangbangWetan Oktober 2024
Pendapat publik dan kemajuan ilmu pengetahuan yang dijunjung tinggi pada puncak peradaban Islam bisa menjadi pelajaran bagi kita menuju Indonesia berdaulat. Ekonomi, pendidikan, dan integritas pemerintah Indonesia tentu berperan penting. Indeks kemiskinan, indeks pembangunan Manusia, peringkat Indonesian Corruption Watch perlu menjadi kesadaran bersama tentang keadaan Nusantara.
Nusantara dalam Tawa dan Sandiwara
Stand-up Comedy dan BangbangWetan sebagai bentuk keresahan masyarakat dalam bingkai senda gurau dan canda tawa. Keresahan akan kemiskinan, masalah pribadi tuna asmara, hutang, dan keresahan sehari-hari lainnya.
Semoga Indonesia mulai bisa berdamai dengan ke-Indonesia-annya. Perubahan mulai dari diri sendiri, lingkungan terdekat, dan lingkar yang lebih luas. Berdamai dengan keadaan untuk menyongsong masa depan. Mandiri dan bekerja keras untuk perubahan sebagai kunci arah takdir Nusantara.
Daulat Rakyat, Politik, dan Budaya
Pentingnya masa lalu untuk mambaca takdir Nusantara masa depan. Sutan Syahrir mencanangkan Pendidikan Wajib 15 Tahun, Bung Hatta dengan Ekonomi Kerakyatan, Bung Karno dengan gagasan Negara Berdikari.
Kesadaran kolektif perubahan dan keterbukaan gagasan dalam ruang publik menjadi kunci daulat dan berdikari. Warisan semangat perubahan antar generasi. Iqro‘ bermakna membaca untuk menyadari keadaan sekitar. Membaca sebagai gerbang mengetahui, mengerti, tingkah laku, sampai menjadi karakter dan takdir perubahan.
Tanya Jawab (Q dan A)
Q1: Mas Jembar jamaah Mojokerto: panggung komedi dalam memotret realitas politik kebangsaan.
Mas Angga jamaah Sidoarjo: optimalisasi media sosial dan platform digital untuk syiar komedi.
A1: Mas Fuad: bijaksana dalam arus informasi dan bersosial media.
Q2: Mas Santo jamaah Stikosa: kaitan literatur peradaban Islam golden age dengan Nusantara. Mas Faqih jamaah Surabaya: mengejawantahkan ilmu Nabi Khidir.
A2: Mas Tridjoyo: data, wawasan dan forum diskusi untuk mengaitkan dan mengejawantahkan setiap ilmu.
Q3: Mas Imam jamaah Gresik: kaitan berdamai dengan diri sendiri dan takdir Nusantara.
A3: Mas Totenk: mengadaptasi setiap pengetahuan menjadi laku. Mas Acang: kritis dalam setiap informasi, berbicara dengan ilmu dan peran mahasiswa sebagai tombak perubahan.
Epilog
Mas Amin Tarjo menegaskan bahwa BangbangWetan berusaha mencintai dengan kadar dan cara berbeda untuk perubahan ke arah lebih baik. Terima kasih untuk setiap wawasan dan khazanah ilmu dari narasumber. Semoga selalu bisa mendapat kepercayaan dan kehormatan dari setiap narasumber untuk berbagi ilmu.
Terima kasih juga untuk setiap dukungan baik moral maupun materiil dari penggiat, komunitas, civitas akademika, dan setiap elemen yang telah membantu. Semoga Mbah Nun, Mas Sabrang, dan keluarga besar Maiyah bisa selalu istiqomah hadir dalam setiap ruang rindu.
“Negara tidak hadir dalam ruang rindu”, singkat penulis.
Perubahan sekecil apapun mulai dari diri sendiri, tetangga, keluarga, perlahan beranjak pada lingkungan kampus, lingkungan komunitas, lingkungan masyarakat.
“Bahagia adalah puncak perjuangan kebaikan dalam bingkai apapun.” Al-Kindi
Oleh : Redaksi BangbangWetan