Paradoks Kas Bangbang Wetan : Matematika Allah, Neraca Manusia.

Bagikan

Oleh : Eren Sugiharto

Rasanya masih sulit menerima kenyataan, kalau Forum Bangbangwetan (BBW) selama ini berjalan dengan keuangan minus. Berhutang, dua digit berkepala tiga. Daripada forum pencerahan, ini lebih mirip experimen sosial. Tentang Komunitas atau entitas yang mempertahankan eksistensi dengan logistik yang tidak aman. Rutinan Bbw dengan format yang paling sederhana sekalipun tetap butuh biaya. Dengan kadar sedekah yang berbeda dari setiap vendor sarana dan prasarana. Sebenarnya ini semangat solidaritas atau sengaja bikin even sodaqoh besar-besaran?

Keuangan minus rutinan terus berjalan. Hal ini menunjukkan skala prioritas pada kontinuitas acara, daripada membalikkan keadaan. Lalu darimana sumber pembiayaan? Apa semua ongkos produksi acara ter-cover infaq? Mungkin ada yang menopang diam-diam. Gotong-royong jadi jalan, setiap dari penggiat bukanlah orang dengan kompetensi mumpuni dalam hal ke-EO-an. Apalagi finansial pribadinya, tak kalah menyedihkan. Infaq berperan penting, meski dewasa ini reratanya ‘belum pernah’ sampai 100% dari pengeluaran.

Frasa ‘belum pernah’ menjadi unik, dulu sudah terjadi, dan masih diharapkan tercapai. Bukan berarti penggiat itu tanpa upaya. Tak mengharapkan semua ditopang infaq juga. Mereka jualan merchandise semampunya, dengan seluruh keuntungan untuk operasional. Ada saja orang-orang baik hadir bersedekah atas nama Hamba Allah. Terimakasih.

Konsistensi ini perlu sesekali dirayakan. Anggap saja syukuran. Meski dengan sedikit menahan malu, sebab neraca yang tak seimbang sudah berlarut-larut. Perkara pihak yang bersedia memberi kredit lunak tanpa jaminan masih santai, bukan berarti BBW sebagai debitur ikutan santai. Ngelunjak. Hutang itu kesepakatan yang berujung pengembalian. Kalau tak segera dituntaskan akan jadi ironi berkepanjangan. Disatu sisi Bbw hadir sebagai majelis ilmu yang mewah, disisi lain rapuh dalam fondasi keuangan. Dulu masih mudah untuk akses laporan keuangan di halaman belakang Buletin Maiyah Jatim. Sebelum sekarang hiatus. Ini bukan sekedar rubrik dengan angka-angka. Tapi tanggung jawab moral.

Bisa-bisanya merayakan Milad dengan sebegitu mewahnya. Bermula dari premis “Setiap kali milad Bbw ada sisa dana lumayan, hingga bisa menutup hutang”. Absurd. Lebih terdengar ‘ngawur‘ untuk sebuah ide. Kalkulasi resiko pun tidak kalah seram. Apa yang terjadi jika semua perencanaan meleset. Krisis likuiditas sudah pasti, belum lagi kepercayaan stakeholder yang hancur. Tak perlu dihitung, pikirkan saja barang pribadi apa yang laku digadai. Akibat strategi ekonomi aneh mendekati halusinasi.

Ketakutan itu mampu ditepis, keajaiban datang, acara berjalan. Kabar baiknya tidak membebani neraca yang minus itu. Milad ini memantik solidaritas, dan bantuan-bantuan dari pihak yang tak diduga. Meski masih ada pantasnya acara ini disebut ‘sodaqoh masal’. Yang terpenting tidak defisit operasional. Dan masih ada sisa untuk sedikit menyeimbangkan neraca miring.

Bbw sudah membuktikan, bahwa kadang hidup ini tidak sesuai dengan logika ekonomi. Matematika manusia beda level dengan Matematika Allah. Dengan tetap memahami batasan dan manajemen resiko agar tidak menjadi ketergantungan terselubung. Kemudian bersembunyi dibalik dalil “Gusti Allah Sogeh”. Ajaib.

Keajaiban yang terjadi itu bukan urusan manusia Bbw. Fatal jika dijadikan acuan, bisa jadi candu. Jobdesk-nya hanya berusaha. Sambil tetap memupuk solidaritas. Bagaimana jika penggiat Bbw ini kehabisan tenaga? Atau tersadar akan skala prioritas yang baru? Rapuh. Kebersamaan memang bisa jadi jalan keluar. Tapi mau bertahan sampai kapan?

Pada akhirnya hutang tetaplah hutang. Harus diselesaikan. Tak peduli kreditur menagih atau tidak. Ini lebih dari sekedar transaksi berujung laporan bulanan. Sebagai komunitas berbasis nilai, Bbw perlu menyusun strategi konkret. Kesulitan dalam management keuangan personal adalah disiplin terhadap rencana-rencana. Jika dalam organisasi, bisa lebih kompleks. Hutang bukan lagi jadi solusi. Rencana strategis lebih utama dibanding ambisi mengadakan pagelaran besar. Bersyukurlah kreditur ini hadir atas nama Hamba Allah, bukan perseroan terbatas. Bisa-bisa acara rutinan jadi ajang kopdar debt collector.

 

Eren Sugiharto, Sinis, Skeptis, Tidak Quotable, bisa disapa melalui vodkid99@gmail.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *