LINGGIS KAMBANG – Prolog BangbangWetan Februari 2024

Bagikan

Linggis Kambang adalah sanepan Jawa yang menggambarkan sebuah keadaan yang sepertinya tak akan mungkin terjadi. Linggis adalah alat atau benda padat yang terbuat dari batang besi, yang masa bendanya lebih berat daripada air. Secara hitungan fisika, linggis tidak bisa mengapung di atas permukaan air alias tenggelam. Andaikan bisa, pasti itu adalah sebuah anomali, keajaiban atau bahkan sebuah mukjizat.

Di kehidupan sehari-hari mungkin kita pernah atau bahkan baru saja mengalami peristiwa “kok iso, yo?”. Peristiwa yang sulit dipercayai, di luar nurul. Tapi itu memang benar-benar terjadi.

Dalam suatu dunia yang kompleks, terkadang kita menemui fenomena sosial layaknya besi yang mengambang di permukaan air, sebuah keheranan yang begitu mencengangkan. Seperti besi yang seharusnya tenggelam, keberadaannya yang mengapung menciptakan analogi dengan ketidakbiasaan dalam masyarakat. Sebagai argumen logis, fenomena ini dapat dilihat sebagai hasil dari perubahan budaya, nilai-nilai yang berkembang, atau bahkan dampak teknologi yang mempengaruhi cara kita berinteraksi.

Secara luas, ketidakbiasaan ini dapat mencerminkan ketidaksesuaian antara norma sosial yang ada dan perilaku yang muncul. Fenomena tersebut bisa dijelaskan melalui analisis sosiologi, psikologi, dan ekonomi, membuka jendela wawasan terhadap dinamika kompleks yang melibatkan individu dan kelompok dalam masyarakat.

Sebagian masyarakat mungkin merasa heran dan mencari penjelasan atas fenomena ini, sementara yang lain mungkin mencoba mengadaptasi diri. Dalam keseimbangan antara keterkejutan dan adaptasi.

Pandemi Covid-19, menciptakan perubahan drastis dalam banyak aspek kehidupan, hampir beberapa tahun kita dilarang berkumpul. Percepatan Teknologi di bidang AI (Artificial Intelligent) yang membuat banyak pelaku bisnis, dunia pendidikan bahkan seniman mulai merasa terancam dengan adanya fenomena ini.

Ada dua hal yang harus direspons dalam diskusi kali ini, kita tetap menjadi heran dan menyerah atau tetap berjalan mencari tahu dan mencari titik keseimbangan.

Mari kembali melingkar dan merapat dalam Sinau Bareng nanti malam.

[Tim Tema BangbangWetan]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *