Bulan Syawal sudah separuh jalan, tapi jodohku dimana?

Tanpa terasa, Syawal sudah berjalan setengahnya. Undangan pernikahan berdatangan nyaris tanpa jeda. Bahkan, salah satu teman fotograferku sudah sibuk sejak dua hari setelah Lebaran. Entah ini disebut ironi atau tidak, tapi ada campur aduk antara rasa bahagia dan sedikit nestapa saat satu per satu teman mulai meninggalkan masa lajang. Beberapa baru saja bertunangan, seolah-olah semua mulai bergerak ke arah yang sama. Ada yang mengalami hal serupa? Atau justru seperti aku? Hahaha.

Sumber: Pexel-The glorious studio.

Jodoh memang bagian dari takdir Allah yang sering kali butuh usaha dan kesabaran ekstra untuk memahaminya. Tak sedikit teman merasa sudah berjuang sekuat tenaga demi menjadi sosok pasangan yang ideal, namun sang jodoh tak juga datang. Sementara yang terlihat santai malah lebih dulu menikah. Ketika kita merasa sudah siap dengan siapa pun yang hadir, asal memenuhi kriteria dasar, justru yang datang di luar bayangan dan ini sering menimbulkan dilema. Apalagi di zaman sekarang, di mana pilihan berlimpah namun banyak yang palsu—fenomena yang dikenal sebagai overchoice.

Fenomena Over Choice. Sumber: Pexel-googledeepmind.

Kita tentu percaya pada firman Allah dalam Surah Ar-Rum ayat 21, “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.” Ini menandakan bahwa jodoh bukan hanya hasil pencarian, tapi juga bagian dari ketetapan-Nya.

Namun, jika memang sudah ditentukan, mengapa proses menemukan jodoh sering begitu rumit dan melelahkan? Dalam psikologi, ada istilah illusory correlation, yaitu kecenderungan kita mengaitkan dua hal yang tampak berkaitan padahal sebenarnya tidak. Contohnya, karena sering bertemu atau punya banyak kesamaan, kita merasa seseorang itu adalah jodoh. Padahal, kecocokan sejati jauh lebih dalam—terkait nilai hidup, visi masa depan, dan komitmen.

Illusory correlation. Sumber: Pexel-vladimir konoplev.

Nabi Muhammad SAW pun pernah bersabda, “Sesungguhnya ruh-ruh itu ibarat pasukan yang berkelompok. Apabila mereka saling mengenal maka akan bersatu, dan apabila mereka tidak saling mengenal maka akan berpisah.” Artinya, ada aspek yang tak kasat mata dalam hubungan antarindividu, yang terkadang tak bisa dijelaskan secara logis.

Lantas, bagaimana jika yang hadir bukan sosok yang kita harapkan?

Mungkin inilah saatnya kita menyadari bahwa ekspektasi kadang terlalu tinggi dan tak realistis. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hanya tentang fisik atau intelektual, tapi juga keberkahan dan ketenangan hati. Apa yang kita inginkan belum tentu yang kita butuhkan, dan yang terbaik belum tentu sesuai dengan keinginan kita sekarang.

Pada akhirnya, perjalanan mencari jodoh adalah proses panjang yang penuh hikmah. Ini bukan hanya tentang siapa yang datang, tapi juga tentang sejauh mana kita mempersiapkan diri untuk menjadi pribadi yang layak membangun hubungan yang diridhai. Jika yang hadir terasa jauh dari ekspektasi, mungkin itu adalah jalan Allah mengajarkan arti keikhlasan dan penerimaan.

Sumber: Pexel-padrinan.

Seperti yang sering diingatkan Mas Sabrang, membangun kebahagiaan dari dalam diri adalah hal utama. Karena saat sudah menikah, tujuan kita bukan lagi menuntut kebahagiaan, tapi membaginya. Maka, mengenal diri sendiri—memahami batas antara kebutuhan, keinginan, dan harapan—adalah langkah awal agar kita lebih terarah dalam menjemput takdir, tanpa terjebak pada ilusi pilihan-pilihan yang semu.

 

Saufa Rohmatun Nazila, yang lebih dikenal dengan nama pena Puan Aksa, lahir di Riau, 27 Mei 2000. Sejak masa remaja, ia telah menempuh pendidikan di berbagai pesantren, sebelum melanjutkan studi di Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Wonosobo, dan Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto, untuk memperluas pengetahuannya dalam bidang yang lebih luas.

Dengan latar belakang sebagai santri dan akademisi, Nazila memiliki minat yang mendalam dalam dunia literasi, pendidikan, dan pemikiran Islam. Anda dapat menghubungi Nazila melalui email di saufarohmatunnazila@gmail.com, serta mengikuti aktivitasnya di media sosial X @PuanAksa dan Instagram @_rahmanazilaa. –Sumber Foto Utama: Pexel-blitzboy.


Narahubung Media:
Kontak BangbangWetan (0813-9118-2006)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top