Majelis Masyarakat Maiyah Bangbangwetan edisi Desember‘24 mengangkat tema Tahun Kata Kata yang diselenggarakan di Pendopo Kelurahan Lidah Kulon. Bangunan dengan ciri khas terbuka tanpa dinding penyekat dengan jajaran pilar yang menopang setiap sendi rusuknya, mengajak setiap insan datang kepadanya tanpa memperdulikan sekat batasan sosial. Tua-muda, datang sendiri maupun berkelompok, penganut kola (قل) maupun kuli, berkumpul dalam satu harmoni, sinau bareng forum Majelis Ilmu BangbangWetan. Lantunan ayat suci Qur’an nderes semakin membuat khidmat harmonisasi.
Pembukaan Majelis Ilmu BbW kali ini menggunakan konsep yang agak berbeda. Peruntukan sesi moderator dibagi menjadi 2 sesi, moderator pembuka & moderator diskusi. Mas Diky & Mas Andik berperan sebagai moderator pembuka malam ini. “Tes… tes… Assalamualaikum Wr. Wb. konco konco kabeh,” salam Mas Diky membuka Majelis Ilmu BbW edisi Desember’24. Moderator mempersilahkan jama’ah yang hadir untuk lebih merapat.
Moderator mengawali majelis dengan penjelasan mengenai prolog & tema “Tahun Kata-Kata”, memotret realita tahun 2024 sebagai tahun politik, mulai pilkada sampai pilpres. Beraneka ragam poster & baliho di jalanan sudah menjadi suguhan lumrah di setiap kontestasi politik, menggunakan kata-kata sebagai senjata utama untuk mempromosikan setiap agenda calon politisi. Moderator memperbandingkan nilai penting dari kata-kata & perbuatan, menyajikan realita gap kesenjangan antara kata-kata & perbuatan. Realita tersebut bisa memicu sikap antipati pada kegiatan-kegiatan seperti Majelis Ilmu ini, dianggap hanya bisa berkata-kata tanpa ada perbuatan yang nyata.
Pambuka
Ruang diskusi dibuka untuk memantik dialektika berpikir, sebab partisipasi & kehadiran ide setiap jamaah berperan penting menghidupkan majelis. Pak Dani, salah satu jama’ah, menyampaikan kekaguman pada Majelis Ilmu BbW atas keberhasilan menarik minat kaum muda-mudi untuk mendiskusikan berbagai persoalan kehidupan & materi yang ber-isi. Beliau bahkan menjelaskan kalau keluarganya, istri & anak-anaknya sejak kecil sudah dibopong untuk menikmati khazanah pengetahuan dari majelis ilmu seperti BbW & simpul Maiyah lain, kemudian memberanikan diri tandang, memberi kontribusi berbakti di Pondok Pesantren Rohmatul Umam Kretek, pada saat itu diasuh oleh Alm K.H., Ahmad Muzammil. Pak Dani menegaskan kontribusi tandang yang beliau lakukan tersebut tentu berawal dari kata-kata & berniat merangsang keluarganya untuk mengawali sesuatu dari kata-kata & berani mewujudkan dalam Tindakan yang nyata.
Diskusi berlanjut ke perwakilan jamaah lainnya, Mas Angga. Beliau menilai BbW sebagai majelis ilmu yang meski terkadang dibawakan dengan bahasa & kata-kata yang agak urakan tapi ber-isi, diminati oleh bermacam elemen; mulai mahasiswa, santri & profesional di bidangnya masing-masing. Mas Angga menceritakan keseharian pekerjaannya, dimulai dengan memahami arahan pekerjaan dari pimpinan baru bisa melakukan pekerjaan dengan optimal. Beliau menambahkan pengalaman mengawali kerja bakti di lingkup kampung tanpa diawali kata-kata arahan atau rembugan warga, malah membuat pekerjaan cenderung tidak beraturan. Ada perbedaan konsep yang muncul kemudian, Bu Dani menawarkan case berbeda, bilamana ada tipe orang yang tanpa arahan atau dengan arahan minimal sudah mampu & capable menginisiasi tindakan.
Sebelum beranjak ke ruang diskusi yang lebih dalam. Mas Diky & Mas Andik selaku moderator mempersilahkan Qnoy n friends, band yang baru berumur 2 bulan & tetap nekat menyajikan karya, untuk membawakan beberapa cover lagu. Lagu Scientist – Coldplay & Creep – Radiohead pun diperdendangkan. Dilanjut dengan pembacaan puisi karya Mbah Nun berjudul Ibunda oleh Mbak Hanifah. Jamaah yang hadir tampak semakin khidmat menyimak kata demi kata, baik endapan kata jamaah, kata dari lagu, kata puisi, kata kita.
Moderator kembali memandu jalannya acara. Mempersilahkan narasumber hadir memberi kehangatan ilmu, Lek Ham – Budayawan, Mas Amin Tarjo, Mas Karim Sujatmiko (biasa dipanggil Karjo) – komika sekaligus konten kreatif Majelis Lucu Indonesia, Mas Fuad Sasmita & Pak Achmad Luthfi. Moderator sesi selanjutnya pun turut hadir, Mas Alip & Mas Amin Ungsaka.
Kata Hari ini
Mas Karjo mulai menyapa jamaah, “Terimakasih banyak sudah diajak untuk sharing disini…seperti biasa yang saya harapkan di Maiyah itu saya selalu pulang membawa sesuatu yang baru, entah opini, informasi atau komedi.”
Mas Alip & Mas Amin Ungsaka, selaku moderator diskusi, kemudian mengamini realitas prolog & tema yang disampaikan moderator pembuka pada sesi sebelumnya. Duet Mas Alip-Ung mengajak mendalami kembali realita gap kesenjangan antara kata-kata & perbuatan dengan contoh keseharian. Mas Amin Ung menambah dengan mengutip tulisan Mbah Nun dalam buku “Indonesia Bagian dari Desa Saya”, dipaparkan banyak yang terjebak pada 2 kubu, ada yang suka mengeluarkan kata-kata hingga lupa dengan perbuatan, di lain sisi malah ada yang menyepelekan kata-kata.
Moderator mempersilahkan Mas Amin Tarjo untuk memberi pandangan mengenai tema “Tahun Kata-Kata”. Beliau menyampaikan bahwa kata-kata adalah cerminan endapan selama hidup seseorang. Anak TK & Anak SD tentu berbeda dalam berkata-kata, karena akumulasi pembelajaran & bank data yang dimiliki pun berbeda. Satu kata bisa menjadi bermacam makna tergantung bank kosakata & bank pemaknaan yang dimiliki setiap individu, hasil dari akumulasi pembelajaran hidupnya. Mas Amin Tarjo sekali lagi menegaskan, kata-kata adalah cerminan diri, kata-kata berbobot tentu mencerminkan kualitas diri, lain lagi dengan kata fufufafa entah mencermikan apa, kelakarnya. Bahkan akhir ini, kata-kata banyak digunakan sebagai pemanis yang berujung pada janji semata.
Kegembiraan BangbangWetan Desember 2024
Jarum Jam menunjukkan sekitar pukul 11 malam. Jamaah semakin merapat mendekat, diikuti dengan pembahasan materi yang semakin memadat pada akar inti permasalahan. “Nggih, kanca-kanca sehat kabeh ya?” sapa Lek Hammad. “Sehat,” timpal jamaah. “Itu semua cuma kata-kata, basa-basi,” kelakar Lek Ham. Lek Ham mencoba mengajak jamaah untuk mempertanyakan kembali, apa inti masalah yang perlu kita cari jawabannya bersama-sama. “Kekecewaan atas kata-kata janji politik kah? Basi!” ungkap Lek Ham. Bukan itu yang akan kita cari rumusannya pada malam hari ini, tegas beliau. Yang perlu kita cari bersama & fokusi sekarang adalah bagaimana agar kita tidak terjebak berperilaku & berkata-kata seperti calon politisi yang kita sesali. Bagaimana kita bisa menata kata & laku kita sesuai dengan nilai & kedudukan yang semestinya, itulah yang akan menjadi tema besar malam ini.
Sebelum & Sesudah Kata
Satu kata memiliki beribu misteri, pemaknaan bisa berbagai macam, seperti yang disampaikan Mas Amin Tarjo. Jauh sebelum membahas kata-kata. Lek Ham mengajak menelusuri sumber terbentuknya kata-kata terlebih dahulu. Manusia dikaruniai 3 komponen dasar; nafsu, akal, hati. Nafsu mendorong hasrat, akal untuk menilai baik buruk dari hasrat, hati untuk melakukan kontemplasi atas hasrat & penilaian tersebut. Di atas komponen dasar itu semua, terdapat wahyu Al-Quran sebagai petunjuk rambu dalam menyelaraskan ketiga komponen (nafsu, akal, hati), sehingga tercipta simfoni kata-kata yang merdu didengar & membawa dampak positif bagi masyarakat luas.
Kata-kata juga memiliki akibat, dampak yang ditimbulkan maupun konsekuensi dari implementasi kata-kata. Konsekuensi dari kata-kata adalah tindakan atau laku yang membarenginya sebagai penerapan di kehidupan nyata. Dampak yang ditimbulkan kata-kata pun bisa bersifat personal maupun sosial. Sebagai contoh, kata-kata es teh yang viral bisa berdampak sosial memantik amarah netizen & berdampak personal baik bagi penjual es the maupun pelontar kata-kata.
Oleh karena itu, sebelum kita mengeluarkan kata-kata yang bisa berdampak besar. Mari kita bersama-sama menguatkan komponen dasar kita dalam membentuk kata-kata, agar setiap kata-kata menjadi bermakna positif, memberi nilai manfaat bagi masyarakat. Tidak mudah memang, namun kesadaran ini perlu selalu kita pupuk, salah satunya dengan menghidupkan majelis ilmu seperti ini.
Produksi Kata
“Stand up Comedy tentu sarat dengan kata-kata. Sebegitu kuatnya kata-kata hingga mampu mempengaruhi setiap pembaca maupun pendengarnya…semacam menjadi punch line,” ungkap Mas Karjo.
Setiap kata-kata yang dilontarkan/diproduksi komika memerlukan persiapan & kematangan berpikir. Mulai dari besaran topik, masalah yang diangkat, sampai tataran pemilihan diksi & alur kalimat. Beliau kemudian menambahkan pengalaman saat sedang mentoring komika baru, yang menjadi fokus evaluasi adalah seberapa efektif rangkaian kata & kalimat, seberapa banyak penggunaan kata tidak perlu yang pada akhirnya bisa mereduksi penyampaian & pemaknaan. Kemudian kesesuaian karakter komika dengan gaya materi yang dibawa, kesesuaian pemilihan materi & diksi yang bisa menghibur tapi tidak menyinggung. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan bahkan dalam case produksi kata stand up comedy.
Mas Karjo memberi tips kepada jamaah untuk mencoba menulis agar belajar menstrukturkan pola pikiran & kata-kata yang disampaikan, memperbanyak bank kosakata dengan membaca ataupun mendengar podcast. “Cukup sekian, terimakasih,” pungkasnya.
Topik pembicaraan beralih ke Mas Fuad. Komika satu ini menggarisbawahi inti dari stand up comedy, tetap menjadi diri sendiri & juga dikembalikan pada tujuan komunikasi, kata-kata yang ingin dipahami dengan baik tentu harus disesuaikan dengan bahasa masyarakat setempat pula.
Kontemplasi
Pak Achmad Luthfi mengajak kita merenungi setiap ilmu, diksi, kata-kata yang disampaikan narasumber. Beliau mengutip Surah Ash-Shaff : 2-3; Ya ayyuhallazina amanụ lima taqụlụna ma la taf’alụn, Kabura maqtan ‘indallahi an taqụlụ ma la taf’alụn. Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Sungguh amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Pemaknaan beliau terhadap ayat tersebut adalah perintah untuk menjaga kata-kata yang keluar dari mulut kita, dimulai dari hasrat, penilaian & perenungan atas setiap kata yang akan kita ucapkan, hingga bisa menjadi laku yang bermanfaat.
Kontemplasi bisa hadir dalam berbagai cara. Cover lagu Jika itu yang terbaik – Ungu & Sandaran Hati – Letto dipersembahkan, mengajak merenungi arti kata-kata dari sebuah lagu. Kata berirama yang kadang pas didengar & kadang sumbang, bukankah itu gambaran kehidupan.
Rubrik Tanya Jawab
- Mas Amin Pribadi mengawali tanya jawab dengan melontarkan pertanyaan ke Mas Karjo mengenai lebih sulit mana antara menjadi produser atau talent.
Jawab: Produser bertanggungjawab persiapan di belakang panggung, seperti konsep acara, penulisan materi, dan beragam persiapan. Talent bertanggungjawab membawakan penampilan di depan panggung. Menurut Mas Karjo, kesuksesan talent membawa personanya menempati bobot lebih besar, sehingga beliau menyimpulkan talent memiliki peran lebih penting.
- Mas Ibrahim mempertanyakan pemaknaan dari ungkapan Sayyidina Ali, “Undzur maa qoola wala tandzur man qoola, lihatlah apa yang dikatakan dan jangan lihat siapa yang mengatakan.”
Jawab: ungkapan tersebut berisi ajakan agar kita tidak mudah su’udzon & mendahulukan husnudzon dalam menilai bermacam hal.
- Mas Fikri memulai dengan menceritakan kisah asmaranya, yang disatu sisi ingin fokus memantaskan diri, di sisi lainnya merasa tidak kuat sendiri, pada akhirnya membuat bingung menyikapi pertentangan sisi tersebut. Kemudian contoh kasus bilamana ingin mendekati pasangan, porsi kata-kata & tindakan yang perlu diberikan seperti apa.
Jawab: Setiap pertentangan dalam memutuskan suatu persoalan, perlu menghidupkan hati & pikiran untuk mengelola nafsu. Kemudian kata-kata & tindakan juga bukan untuk dipertentangkan. Mari mulai menata pemaknaan suatu hal, agar tidak terjebak mempertentangkan hal yang harusnya menjadi satu kesatuan.
- Mas Farid mengagumi karya-karya Mas Karjo, kemudian mempertanyakan tujuan komunikasi dibalik karya-karya beliau.
Jawab: Semangat membuat konten bermuatan kritik terhadap pemerintah tersebut, sama dengan semangat Maiyah, dimana Mas Karjo menilai majelis ilmu seperti BbW ini hadir agar kita selalu mengingat/eling pada keadaan masalah di sekitar. Keresahan atas masalah yang terjadi di sekitar itulah yang menjadi pelecut menyuarakan dengan berkomedi.
- Mas Firman menanyakan tips untuk menjaga konsistensi dalam berproses melakukan kebaikan.
Jawab: menjaga lingkungan pergaulan yang positif & berpikiran terbuka akan semakin membantu memberi support system ke kita.
Epilog
Mas Amin Tarjo memberi kesimpulan bahwa “Kata, Makna & Persepsi” adalah satu kesatuan yang lahir dari pengalaman/refleksi hidup & endapan bank kata yang dimiliki. Pada akhirnya persepsi bisa berkembang pada imajinasi, yang menuntun untuk melangkah dan seyogyanya selalu dibarengi dengan refleksi diri tiada henti agar bisa mengupgrade diri. Kemudian beliau menegaskan sekaligus mengamini penjelasan Lek Hammad, bahwa jangan mempertentangkan kedua sisi yang harusnya menjadi satu kesatuan.
Memasuki jam 1 dini hari, Majelis Ilmu Bangbangwetan dipungkasi dengan sholawat bersama yang dipimpin oleh Pak Achmad Luthfi & Mas Jembar.
Terimakasih untuk setiap dukungan support moral maupun materiil dari penggiat, komunitas & setiap elemen yang membantu. Semoga Mbah Nun, Mas Sabrang & Keluarga Besar Maiyah bisa selalu istiqomah hadir dalam setiap Ruang Rindu.
Oleh : Redaksi BangbangWetan