Bayangan Tanpa Nama

Bagikan

Oleh : Eren Sugiharto

Oleh : Eren Sugiharto

Di ujung warung kopi pinggiran, dia hanya ingin sendiri. Sepi adalah hadiah, setelah seharian digempur klakson dan paru-paru kenyang asap knalpot. Malam jadi sahabat untuk mensyukuri hari, sambil menghirup aroma kopi murah yang jujur. Di jalanan dia sandarkan nafkah, ditemani matic rewel seperti bos tua menjelang pensiun. Kopi ditangannya masih hangat, tapi tak mampu mengusir dinginnya hidup. Rela menjadi mas-mas ojol sebagai profesi utama, bukanlah keputusan mudah. Apalagi di kota besar yang konon menawarkan banyak kesempatan, tapi malah menyempitkan mimpi.

Dia tidak lari dari mimpi. Meski siklus hidupnya tidak masuk standar pasangan ideal wanita bujang masa kini. Otaknya nocturnal, cemerlang setelah tengah malam sampai menjelang fajar, sebagai mekanisme pertahanan agar tak terbunuh sepi, wajar kalau jadi bintang kesiangan. Dalam sepi dia menemukan pelarian yang berbeda, bukan pada hingar-bingar mall atau cafe instagramable. Tapi ke syair-syair Rumi hingga deras arus kejernihan Mbah Nun.

Lalu BangbangWetan hadir, seperti panggilan. Lebih dari sekadar tempat berkumpul, tapi ruang untuk pulang. Berada disini bisa saja dicap gila. Menghabiskan waktu tanpa bayaran. Namun melalui malaikat Ridwan-Nya, Tuhan kirimkan kasunyatan sehingga bukan lagi mimpi yang mereka temukan melainkan hati penuh pemaknaan.

Kesederhanaannya berhulu di sukma, tak banyak keinginan, gak sibuk dengan obsesi dunia, apalagi ingin tenar. Hingga dia putuskan menjadi ‘hati yang selesai’.

Seakan tak peduli akan lelah dan sepi, mengabdi pada BangbangWetan menjadi jalan keluar aktualisasi diri. Masa remajanya sudah dua dasa warsa berlalu. Tapi energi boleh diadu. Menjadi sosok paling sibuk dari pra sampai pasca acara. Layaknya bayangan senyap tapi selalu bergerak, dari menggelar tikar, menyuplai minuman untuk pemateri, sampai urusan bisyaroh vendor dalam kendali. Tak mempedulikan sanjungan atau penghargaan, dibenaknya cuma ada berbakti kepada Mbah Nun, dengan berkhidmat di BangbangWetan.

Selalu ada jerih payahnya, disetiap sudut keramaian jamaah yang tak mengenal namanya. Keteguhan hati teruji, ga pernah terpikirkan sepeserpun untuk keuntungan diri. Bukan karena tak ada kesempatan, seluruh keuangan BangbangWetan mutlak di tangan. Gedek-gedek, sungguh hati yang selesai!

Dini hari setelah rutinan usai, sambil duduk diatas motor pojok parkiran. Nafasnya terhela lega, mata terpejam, munajat sederhana lirih terucap: entah darimana datangnya nanti, semoga hidupnya lebih dari sekedar berjalan menuju ‘titik penjemputan’.

Nasib sahabatnya sebelas dua belas. Seorang penggiat bertenaga kuda. Maniak kerja, dengan tingkat kecekatan setara tiga sampai enam manusia biasa. Hidupnya sederhana, sesederhana senyumnya tatkala melihat panggung BangbangWetan selesai didirikan.

Dia adalah jaminan, untuk setiap pekerjaan lapangan BbW ditunaikan. Kalau boleh berandai-andai, jika dulu Tuhan mengajaknya berembuk tentang penciptaan manusia, tentu dia akan usul : Supaya manusia tercipta bertangan empat! Agar dedikasinya pada kerja semakin menggila.

“Gimana rutinan BbW selanjutnya?!” Hardiknya dalam forum rapat, saat dirasa pembicaraan terlalu ngelantur. Fokus. Yang diketahui hanya fokus kerja, ga ada tempat untuk drama. Saat ini dia sedang mendalami nilai sabar, bahwa segala sesuatu ada giliran. Kehilangan kontrak kerja bukan jadi alasan untuk tidak mengabdi disini. Bahkan rela menempuh tujuh puluhan kilometer hanya untuk memastikan panggung BbW berdiri.

Entah terbuat dari apa hati orang-orang ini, segalanya terasa kontras. Antara nasib dan pengabdian. BangbangWetan sudah menjadi rumah. Akan makin kokoh jika penggiatnya mempunyai fondasi yang kuat: cintailah seseorang, merangkai keluarga, menjadi kaya tanpa terperangkap harta. Bukan untuk menjauh dari BangbangWetan, melainkan menjaga api pengabdian tetap menyala benderang, menerangi siapa saja yang mencari jalan untuk pulang.

Eren Sugiharto, Sinis, Skeptis, Tidak Quotable, bisa disapa melalui vodkid99@gmail.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *